Kamis, 21 November 2024

LIMNOLOGI; SIKLUS SUHU PERAIRAN

 

1.    Pengertian Suhu

Suhu adalah ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda, zat, atau lingkungan yang menunjukkan tingkat energi kinetik rata-rata partikel-partikel dalam benda tersebut. Suhu merupakan salah satu besaran fisika yang digunakan untuk mengukur energi termal suatu sistem.

Suhu diukur menggunakan alat yang disebut termometer, dan dinyatakan dalam beberapa skala, seperti:

  1. Celsius (°C) - Umum digunakan di berbagai negara.
  2. Fahrenheit (°F) - Digunakan terutama di Amerika Serikat.
  3. Kelvin (K) - Digunakan dalam sains sebagai skala absolut, di mana 0 Kelvin (nol absolut) adalah titik di mana semua gerak partikel berhenti.

 National Oceanographic

2. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Perairan Darat

a. Intensitas Sinar Matahari

  • Penyebab: Matahari adalah sumber utama panas di perairan darat. Sinar matahari yang diterima permukaan air akan meningkatkan suhu.
  • Pengaruh: Perairan yang terbuka langsung terhadap sinar matahari cenderung memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan perairan yang terlindung oleh pepohonan atau bangunan.

b. Waktu dan Musim

  • Siang dan malam: Suhu air lebih tinggi pada siang hari karena radiasi matahari. Pada malam hari, suhu air menurun karena kehilangan panas ke atmosfer.
  • Musim: Pada musim panas, suhu air lebih tinggi dibandingkan musim dingin atau penghujan.

c. Kedalaman Perairan

  • Air dangkal: Lebih cepat memanas dan mendingin karena memiliki volume kecil untuk menyerap panas.
  • Air dalam: Lebih stabil suhunya karena radiasi matahari sulit menembus hingga dasar.

d. Warna dan Transparansi Air

  • Air keruh: Menyerap lebih banyak panas karena partikel-partikel dalam air meningkatkan penyerapan radiasi.
  • Air jernih: Lebih lambat memanas karena memantulkan sebagian besar sinar matahari.

e. Geografi dan Lokasi

  • Perairan di daerah tropis memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan di daerah subtropis atau kutub karena perbedaan intensitas sinar matahari.

Selain itu, terdapat factor-faktor lainnya, seperti arus, penguapan, vegetasi dan aktifitas organisme yang ada diperairan.

 

3.Stratifikasi Suhu Perairan Darat

Stratifikasi suhu perairan darat adalah fenomena pembagian lapisan suhu pada perairan, terutama di perairan dalam seperti danau atau waduk. Fenomena ini terjadi karena perbedaan densitas air akibat perubahan suhu, sehingga membentuk lapisan-lapisan dengan karakteristik suhu yang berbeda.

Lapisan-Lapisan Stratifikasi Suhu

Stratifikasi suhu biasanya terdiri dari tiga lapisan utama:

1.    Lapisan Epilimnion

    • Lokasi: Lapisan atas perairan.
    • Karakteristik:
      • Air hangat karena terkena langsung sinar matahari.
      • Suhu relatif stabil dan lebih tinggi dibandingkan lapisan bawah.
      • Sirkulasi air di lapisan ini cenderung aktif karena dipengaruhi oleh angin dan arus permukaan.
    • Kandungan Oksigen: Tinggi karena fotosintesis dan kontak langsung dengan atmosfer.

2.    Lapisan Metalimnion (Thermocline)

    • Lokasi: Lapisan tengah antara epilimnion dan hipolimnion.
    • Karakteristik:
      • Suhu menurun tajam dengan bertambahnya kedalaman.
      • Lapisan ini bertindak sebagai zona transisi suhu yang membatasi sirkulasi antara epilimnion dan hipolimnion.
    • Kandungan Oksigen: Mulai menurun karena keterbatasan sirkulasi.

3.    Lapisan Hipolimnion

    • Lokasi: Lapisan terdalam perairan.
    • Karakteristik:
      • Air dingin dan densitasnya lebih tinggi.
      • Suhu stabil, biasanya mendekati 4°C (suhu di mana densitas air paling tinggi).
      • Tidak ada sirkulasi air karena lapisan ini terisolasi dari pengaruh angin atau sinar matahari.
    • Kandungan Oksigen: Rendah karena minimnya fotosintesis dan kurangnya pencampuran dengan lapisan atas.

 

Siklus Suhu Tahunan Perairan Darat

Siklus suhu tahunan perairan darat, terutama di danau atau waduk, dipengaruhi oleh perubahan musim dan variasi suhu udara sepanjang tahun. Perubahan ini menghasilkan pola termal yang khas, yang berbeda di daerah tropis dan daerah beriklim sedang (temperate).

1. Daerah Beriklim Sedang

Pada daerah beriklim sedang, siklus suhu tahunan terdiri dari empat fase utama:

a. Musim Semi (Spring Turnover)

  • Karakteristik:
    • Air permukaan mulai memanas, mendekati suhu 4°C (di mana air memiliki densitas tertinggi).
    • Sirkulasi vertikal terjadi secara merata karena suhu air seragam dari permukaan hingga dasar.
  • Dampak:
    • Nutrien dari dasar air naik ke permukaan, mendukung pertumbuhan fitoplankton dan ekosistem.

b. Musim Panas (Summer Stratification)

  • Karakteristik:
    • Sinar matahari memanaskan lapisan permukaan (epilimnion), membentuk stratifikasi suhu.
    • Lapisan metalimnion (thermocline) menjadi zona transisi suhu yang tajam.
    • Lapisan hipolimnion tetap dingin dan terisolasi.
  • Dampak:
    • Stratifikasi menghambat pencampuran nutrien dan oksigen antara lapisan atas dan bawah.
    • Organisme di lapisan bawah mungkin mengalami kekurangan oksigen.

c. Musim Gugur (Fall Turnover)

  • Karakteristik:
    • Suhu udara yang menurun menyebabkan pendinginan air permukaan.
    • Ketika suhu permukaan mendekati 4°C, densitas meningkat dan terjadi pencampuran vertikal (turnover).
  • Dampak:
    • Nutrien dari dasar air kembali naik ke permukaan.
    • Kandungan oksigen menjadi seragam di seluruh kolom air.

d. Musim Dingin (Winter Inversion)

  • Karakteristik:
    • Suhu udara rendah menyebabkan pembentukan lapisan es di permukaan.
    • Lapisan es bertindak sebagai insulator, menjaga suhu air di bawahnya tetap stabil, sekitar 4°C.
  • Dampak:
    • Aktivitas biologis di bawah lapisan es berkurang karena suhu rendah dan terbatasnya oksigen di lapisan bawah.

2. Daerah Tropis

Di daerah tropis, siklus suhu tahunan berbeda karena suhu udara relatif konstan sepanjang tahun, tanpa musim dingin ekstrem.

  • Karakteristik:
    • Perairan tropis sering memiliki stratifikasi suhu yang stabil sepanjang tahun.
    • Lapisan thermocline tetap ada, meskipun mungkin lebih dangkal dibandingkan di daerah beriklim sedang.
  • Dampak:
    • Pencampuran vertikal lebih jarang terjadi, sehingga lapisan bawah sering kekurangan oksigen (hipoksia).
    • Aktivitas biologis cenderung terus berlangsung sepanjang tahun.

 

Senin, 18 November 2024

ALAT TANGKAP IKAN GILL NET

1. Pengertian Gill Net 

Gill net adalah alat penangkapan ikan berbentuk jaring dengan mata jaring (mesh) tertentu yang dirancang untuk menangkap ikan berdasarkan ukuran tubuhnya. Ikan terperangkap karena bagian tubuhnya (insang, kepala, atau sirip) tersangkut pada mata jaring. Gill net bisa dipasang di permukaan, kolom air tengah, atau dasar perairan, tergantung jenis dan target tangkapan.

 Gill net fishers feel the pinch

 2. Ikan Target Tangkapan 

Gill net digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan, tergantung ukuran mata jaring. Contoh ikan target: 

- Ikan pelagis kecil: Teri, sarden, dan lemuru. 

- Ikan pelagis besar: Tongkol, kembung, tuna. 

- Ikan demersal: Kakap, kerapu, dan pari. 

- Ikan air tawar: Nila, patin, mujair. 

 

 3. Lokasi Penangkapan 

- Perairan Laut: Di laut dangkal, laut lepas, hingga zona demersal (dekat dasar laut). 

- Perairan Air Tawar: Danau, sungai, dan waduk. 

- Perairan Payau: Tambak dan muara sungai. 

 

4. Jenis-jenis jaringn insang

Berikut adalah macam-macam jaring insang:

 

1. Jaring Insang Berdasarkan Posisi Operasi:

   - Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net):

     Jaring ini digunakan dengan cara dihanyutkan bersama arus air. Biasanya dipasang dengan pelampung agar tetap mengapung di permukaan atau pada kedalaman tertentu.

   - Jaring Insang Tetap (Set Gill Net):

     Dipasang di satu tempat tertentu, biasanya dengan pemberat untuk menjaga posisi di dasar atau bagian kolom air tertentu.

 Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang Buktikan Kebijakan Peralihan Alat  Tangkap KKP Efektif ~ BPPSDM MekanisasiKP Bantul

2. Jaring Insang Berdasarkan Letak di Air:

   - Jaring Insang Permukaan (Surface Gill Net):

     Dipasang di dekat permukaan air, cocok untuk menangkap ikan-ikan yang hidup di lapisan atas.

   - Jaring Insang Tengah (Midwater Gill Net):

     Diletakkan di kolom air tengah untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang berenang di area tersebut.

   - Jaring Insang Dasar (Bottom Gill Net):

     Diletakkan di dasar perairan, digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (hidup di dasar perairan).

 

3. Jaring Insang Berdasarkan Bentuk dan Cara Operasi:

   - Jaring Tunggal (Single Gill Net):

     Terdiri dari satu lapisan jaring dengan ukuran mata jaring tertentu.

   - Jaring Bertingkat (Trammel Net):

     Memiliki tiga lapisan: dua lapisan luar dengan mata jaring besar, dan satu lapisan dalam dengan mata jaring kecil. Ikan biasanya terjebak di lapisan tengah setelah melewati jaring luar.

 

4. Jaring Insang Berdasarkan Jenis Target:

   - Jaring dengan Mata Jaring Besar:

     Untuk menangkap ikan berukuran besar, seperti tuna atau kakap.

   - Jaring dengan Mata Jaring Kecil:

     Digunakan untuk ikan kecil seperti sarden atau teri.

 

Pemilihan jenis jaring insang bergantung pada kondisi perairan, target tangkapan, dan metode penangkapan yang digunakan.


 5. Konstruksi Alat Tangkap 

- Jaring: Terbuat dari monofilamen (nylon) atau multifilamen. 

- Ukuran mata jaring (mesh size): Disesuaikan dengan ukuran target ikan. 

- Pelampung (float): Terbuat dari bahan plastik atau gabus, membantu jaring mengapung. 

- Pemberat (sinker): Biasa terbuat dari timah atau logam lainnya untuk menjaga jaring di tempat. 

- Tali ris (ropes): Tali atas (head rope) dan tali bawah (foot rope) untuk menahan struktur jaring. 

 

 6. Cara Pengoperasian 

Pengoperasian gill net (jaring insang) melibatkan beberapa tahapan, yang meliputi persiapan, pemasangan, penangkapan, dan pengangkatan. Berikut langkah-langkahnya:

 

 1. Persiapan

- Pemeriksaan alat:

  - Pastikan jaring dalam kondisi baik, tidak robek atau rusak.

  - Cek pelampung, pemberat, dan tali ris (tali atas dan tali bawah).

- Menentukan lokasi:

  - Pilih lokasi penangkapan sesuai jenis target ikan (permukaan, kolom tengah, atau dasar).

  - Pastikan area tidak memiliki banyak rintangan seperti karang tajam atau tumpukan sampah.

- Penyesuaian jaring:

  - Atur panjang jaring sesuai kebutuhan dan kondisi perairan.

  - Sesuaikan ukuran mata jaring (mesh size) dengan target ikan.

 

 2. Penebaran (Setting the Net)

- Drift Gill Net (Jaring Hanyut):

  - Jaring ditebarkan di air secara perlahan dari perahu atau kapal sambil bergerak sesuai arah arus.

  - Pelampung membantu jaring mengapung di permukaan atau kedalaman tertentu.

- Set Gill Net (Jaring Tetap):

  - Jaring dipasang di lokasi tertentu dengan pemberat untuk menjaga posisinya tetap.

  - Dipasang menggunakan jangkar atau alat pengikat untuk menahan jaring di dasar atau kolom air tertentu.

 

 3. Penangkapan

- Biarkan jaring terpasang dalam waktu tertentu (beberapa jam hingga semalam), tergantung dari perilaku ikan target.

- Ikan yang berenang di area jaring akan tersangkut pada mata jaring di bagian insang, kepala, atau tubuh.

- Untuk Drift Gill Net, kapal biasanya mengikuti alur jaring sambil memantau kondisi.

 

 4. Pengangkatan (Hauling the Net)

- Tarik jaring secara perlahan menggunakan tenaga manual atau alat bantu seperti roller untuk menghindari kerusakan.

- Pisahkan ikan yang tertangkap dari jaring dengan hati-hati agar tidak merusak mata jaring.

- Bersihkan jaring dari kotoran, rumput laut, atau ikan non-target yang tidak diinginkan.


 5. Pemeliharaan

- Setelah digunakan, jaring dicuci untuk menghilangkan garam, lumpur, atau sisa ikan.

- Keringkan jaring di tempat teduh untuk mencegah kerusakan bahan akibat paparan sinar matahari langsung.

 

 

7. Factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan

Keberhasilan penangkapan dengan gill net (jaring insang) dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat teknis maupun lingkungan. Berikut adalah hal-hal yang memengaruhi efektivitas alat tangkap ini:

 1. Faktor Teknis

1. Ukuran Mata Jaring (Mesh Size):

   - Ukuran mata jaring harus sesuai dengan ukuran target ikan. Jika terlalu kecil, ikan besar tidak akan terperangkap, dan jika terlalu besar, ikan kecil dapat lolos.

2. Panjang dan Tinggi Jaring:

   - Panjang jaring menentukan luas area yang dapat dijangkau. Semakin panjang jaring, semakin banyak ikan yang bisa terperangkap.

   - Tinggi jaring memengaruhi kolom air yang dapat dijangkau (permukaan, tengah, atau dasar).

 

3. Bahan Jaring:

   - Bahan seperti monofilamen yang transparan cenderung lebih efektif karena sulit terlihat oleh ikan.

   - Ketahanan bahan terhadap arus dan abrasi juga memengaruhi durabilitas alat.

 

4. Penempatan dan Pemasangan:

   - Lokasi pemasangan harus sesuai dengan jalur migrasi ikan atau habitatnya.

   - Kedalaman pemasangan jaring harus disesuaikan dengan spesies target (permukaan, kolom tengah, atau dasar).

 

5. Jenis Gill Net yang Digunakan:

   - Drift gill net lebih cocok untuk menangkap ikan pelagis besar seperti tuna, sedangkan set gill net digunakan untuk ikan demersal atau ikan yang kurang aktif.

 

 2. Faktor Lingkungan

1. Musim Penangkapan:

   - Musim memengaruhi pola migrasi dan ketersediaan ikan. Misalnya, ikan pelagis lebih banyak ditemukan selama musim tertentu saat mereka bermigrasi.

2. Kondisi Arus dan Angin:

   - Arus yang terlalu kuat dapat membuat jaring tidak efektif atau bahkan rusak.

   - Kondisi angin memengaruhi stabilitas perahu dan penempatan jaring.

3. Waktu Operasi:

   - Banyak ikan aktif pada malam hari atau saat fajar, sehingga waktu pemasangan jaring sangat penting.

4. Kejernihan Air:

   - Air yang keruh membantu menyembunyikan jaring dari pandangan ikan, sehingga meningkatkan kemungkinan ikan terperangkap.

5. Habitat dan Pola Perilaku Ikan:

   - Habitat ikan, seperti daerah karang, dasar berlumpur, atau area pelagis, memengaruhi keberhasilan alat tangkap.

   - Pola berenang ikan target juga harus diperhatikan (bergerombol atau soliter).

 

 3. Faktor Manusia

1. Keterampilan Operator:

   - Keahlian nelayan dalam menempatkan, memasang, dan menarik jaring sangat menentukan keberhasilan.

2. Pemeliharaan Alat Tangkap:

   - Jaring yang bersih dan bebas dari kerusakan lebih efektif dibandingkan jaring yang kotor atau rusak.

3. Pemilihan Lokasi Penangkapan:

   - Pengetahuan nelayan tentang lokasi ikan (fishing ground) sangat berpengaruh. Penggunaan alat bantu seperti sonar dapat membantu menemukan gerombolan ikan.

 

 4. Faktor Eksternal

1. Tekanan Penangkapan:

   - Jika suatu lokasi telah dieksploitasi secara berlebihan, jumlah ikan yang tersedia akan berkurang.

2. Gangguan Ekosistem:

   - Kerusakan habitat, seperti terumbu karang, dapat mengurangi ketersediaan ikan di lokasi tertentu.

3. Peraturan dan Larangan:

   - Batasan wilayah, musim penangkapan, atau larangan jenis ikan tertentu dapat memengaruhi hasil tangkapan.

 

8. Kelebihan Alat Tangkap 

- Efisien: Dapat menangkap banyak ikan dalam satu waktu. 

- Selektif: Mata jaring dapat diatur sesuai ukuran target ikan. 

- Sederhana: Mudah dioperasikan tanpa memerlukan teknologi canggih. 

- Biaya Operasi Rendah: Tidak memerlukan bahan bakar besar atau mesin berat. 

 

 9. Kelemahan Alat Tangkap 

- Menangkap Ikan Non-Target: Jika ukuran mata jaring tidak sesuai, ikan kecil atau besar non-target juga bisa tertangkap. 

- Kerusakan Habitat: Jika dipasang di dasar laut, dapat merusak ekosistem. 

- Kesulitan Operasi di Cuaca Buruk: Sulit digunakan jika arus kuat atau ombak tinggi. 

- Ghost Fishing: Jaring yang hilang di laut terus menangkap ikan secara tidak terkendali, merugikan ekosistem. 

 

LERNEA SI KUTU IKAN

  Berikut adalah morfologi Lernaea: Struktur Tubuh - Tubuh berbentuk oval, pipih, dan transparan - Panjang tubuh sekitar 1-5 mm - Lebar tubu...