Senin, 23 Desember 2024

ALAT TANGKAP IKAN; JALA

 

 1. Prinsip Penangkapan

Jala adalah alat tangkap berbentuk jaring yang dilemparkan ke air untuk menangkap ikan. Prinsip kerjanya adalah menjebak ikan di dalam jaring saat jala dijatuhkan dan ditarik kembali. Biasanya, alat ini memanfaatkan gaya lemparan dan gravitasi agar jaring dapat menyebar dan menutup saat mendarat di air.

 Jala Tebar, Usaha yang Kerap Dijalani oleh Masyarakat Bantaran Cimanuk  Indramayu – MIN.CO.ID

 2. Negara yang Menggunakannya

Jala adalah alat tangkap tradisional yang digunakan di berbagai negara, terutama yang memiliki tradisi perikanan lokal seperti:

- Indonesia: Banyak digunakan oleh nelayan tradisional.

- India: Dipakai di sungai dan pantai.

- Vietnam: Terutama di daerah delta Mekong.

- Thailand: Sering digunakan di perairan dangkal.

- Negara-negara Afrika dan Amerika Latin: Dalam perikanan tradisional.

 

 3. Lokasi dan Ikan Target Tangkapan

- Lokasi:

  - Perairan dangkal: Sungai, danau, rawa, tambak, dan pantai.

  - Perairan dengan banyak ikan berkumpul, seperti daerah mangrove atau muara.

 

- Ikan Target:

  - Ikan kecil seperti mujair, nila, lele, bandeng.

  - Udang dan beberapa jenis ikan demersal yang hidup di perairan dangkal.

 

 4. Detail Konstruksi Alat Tangkap

- Material: Jaring biasanya terbuat dari nilon atau bahan sintetis lainnya.

- Bentuk: Berbentuk kerucut atau lingkaran dengan bagian bawah yang dilengkapi pemberat (biasanya timah).

- Diameter: Ukurannya bervariasi, biasanya antara 2-5 meter tergantung pada pengguna dan lokasi penangkapan.

- Bobot: Memiliki pemberat di bagian tepi agar dapat tenggelam dengan cepat.

- Tali Tarik: Dipasang untuk menarik jaring kembali setelah dilempar.

 

 5. Cara Pengoperasian

1. Nelayan berdiri di perahu, tepi sungai, atau pantai.

2. Jala dilipat sedemikian rupa agar mudah dilempar.

3. Lemparan diarahkan ke titik yang diduga banyak ikan.

4. Saat jala mendarat, pemberat menarik bagian tepi jala ke bawah, membentuk seperti payung.

5. Nelayan menarik tali agar ikan yang terjebak di jaring tidak keluar.

 

 6. Faktor yang Mempengaruhi

- Kondisi Air: Air yang tenang lebih ideal karena ikan lebih mudah didekati.

- Keahlian Nelayan: Lemparan yang tepat memengaruhi luas cakupan jaring.

- Kondisi Cuaca: Angin kencang atau hujan deras dapat menyulitkan penggunaan jala.

- Jumlah Ikan: Penangkapan efektif jika ikan sedang berkumpul.

- Kualitas Alat: Jaring yang robek atau pemberat yang kurang memadai dapat mengurangi efisiensi.

 

 7. Kelebihan dan Kelemahan

 Kelebihan:

- Murah dan Sederhana: Mudah dibuat dan digunakan oleh nelayan tradisional.

- Efektif di Perairan Dangkal: Cocok untuk lokasi dengan ikan yang banyak berkumpul.

- Ramah Lingkungan: Tidak merusak habitat dasar laut dibandingkan alat tangkap lain seperti trawl.

 

 Kelemahan:

- Cakupan Terbatas: Hanya efektif di perairan dangkal atau dengan jarak lempar tertentu.

- Bergantung pada Keahlian: Nelayan membutuhkan keterampilan melempar jala.

- Tidak Efisien untuk Ikan Besar: Jala dirancang untuk ikan kecil dan ikan yang tidak terlalu cepat.

 

 

 

Kamis, 19 Desember 2024

LIMNOLOGI; ASPEK KIMIA PERAIRAN


Berikut adalah penjelasan aspek kimia perairan yang meliputi oksigen terlarut, karbon dioksida, alkalinitas, kesadahan, salinitas, dan derajat keasaman (pH): 

 

 1. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen - DO) 

- Definisi: 

  Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen yang ada dalam air dan tersedia untuk respirasi organisme akuatik seperti ikan, plankton, dan mikroorganisme. 

 

- Pengaruh terhadap Organisme: 

  - Oksigen terlarut sangat penting untuk kehidupan organisme akuatik. 

  - Kadar DO rendah (<3 mg/L) dapat menyebabkan stres atau kematian organisme. 

  - Kadar DO tinggi (kejenuhan oksigen) bisa menyebabkan gas bubble disease pada ikan. 

 

- Satuan: 

  Miligram per liter (mg/L) atau persen kejenuhan (% saturation). 

 

- Alat dan Metode: 

  - Alat: DO meter, metode Winkler. 

  - Metode: 

    1. Pengukuran dengan DO meter. 

    2. Titrasi kimia dengan metode Winkler. 

- Pembagian/Distribusi: 

  - Air permukaan umumnya memiliki DO lebih tinggi karena kontak langsung dengan udara. 

  - DO lebih rendah di dasar perairan yang dalam akibat minimnya pencampuran dan tingginya konsumsi oksigen oleh dekomposer. 

 

- Faktor yang Mempengaruhi: 

  - Suhu air (semakin tinggi suhu, semakin rendah DO). 

  - Aktivitas fotosintesis tumbuhan air. 

  - Tingkat polusi organik. 

 

 2. Karbon Dioksida (CO₂) 

- Definisi: 

  Gas yang terlarut dalam air, yang dihasilkan dari respirasi organisme akuatik dan dekomposisi bahan organik. 

 

- Pengaruh terhadap Organisme: 

  - CO₂ dalam jumlah normal (5-10 mg/L) penting untuk fotosintesis tumbuhan air. 

  - Kadar CO₂ yang terlalu tinggi (>20 mg/L) dapat menyebabkan asfiksia pada ikan dan organisme lainnya. 

 

- Satuan: 

  Miligram per liter (mg/L). 

 

- Alat dan Metode: 

  - Alat: Titrasi dengan NaOH. 

  - Metode: 

    1. Titrasi dengan larutan NaOH menggunakan indikator fenolftalein. 

    2. Pengukuran menggunakan perangkat elektronik. 

 

- Pembagian/Distribusi: 

  - Konsentrasi lebih tinggi di dasar perairan akibat dekomposisi bahan organik. 

  - Rendah di air permukaan karena fotosintesis. 

 

- Faktor yang Mempengaruhi: 

  - Aktivitas fotosintesis. 

  - Dekomposisi bahan organik. 

  - Kedalaman air dan pergerakan arus. 

 

 3. Alkalinitas 

- Definisi: 

  Kemampuan air untuk menetralkan asam, ditentukan oleh ion bikarbonat (HCO₃⁻), karbonat (CO₃²⁻), dan hidroksida (OH⁻). 

 

- Pengaruh terhadap Organisme: 

  - Alkalinitas tinggi membuat pH lebih stabil, sehingga aman untuk organisme. 

  - Alkalinitas rendah (<20 mg/L) membuat perairan lebih rentan terhadap perubahan pH yang ekstrem. 

 

- Satuan: 

  Miligram per liter (mg/L) dalam bentuk ekuivalen kalsium karbonat (CaCO₃). 

 

- Alat dan Metode: 

  - Alat: Buret untuk titrasi, pH meter. 

  - Metode: Titrasi dengan larutan standar H₂SO₄ atau HCl. 

 

- Pembagian/Distribusi: 

  - Tinggi di perairan dengan banyak kandungan kapur atau batuan karbonat. 

  - Rendah di perairan dengan substrat pasir atau bebatuan silikat. 

 

- Faktor yang Mempengaruhi: 

  - Komposisi mineral dalam tanah dan batuan. 

  - Masukan air limbah atau aktivitas manusia. 

 

 4. Kesadahan (Hardness) 

- Definisi: 

  Kandungan ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺) dalam air. 

 

- Pengaruh terhadap Organisme: 

  - Air dengan kesadahan sedang hingga tinggi mendukung kesehatan ikan, karena mineral tersebut penting untuk metabolisme. 

  - Air sangat lunak (<50 mg/L) dapat menyebabkan stres osmotik pada ikan. 

 

- Satuan: 

  Miligram per liter (mg/L) CaCO₃. 

 

- Alat dan Metode: 

  - Alat: Buret untuk titrasi, spektrofotometer. 

  - Metode: 

    1. Titrasi dengan larutan EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid). 

    2. Spektrofotometri. 

 

- Pembagian/Distribusi: 

  - Air keras (>120 mg/L) biasanya ditemukan di daerah berbatu kapur. 

  - Air lunak (<60 mg/L) sering ditemukan di daerah pegunungan atau rawa. 

 

- Faktor yang Mempengaruhi: 

  - Sumber air (mata air, sungai, danau). 

  - Komposisi mineral di lingkungan. 

 

 5. Salinitas 

- Definisi: 

  Jumlah total garam terlarut dalam air, terutama natrium klorida (NaCl). 

 

- Pengaruh terhadap Organisme: 

  - Organisme air tawar tidak tahan terhadap salinitas tinggi. 

  - Organisme laut membutuhkan salinitas tertentu (umumnya 30-35 ppt). 

 

- Satuan: 

  Part per thousand (ppt) atau gram per liter (g/L). 

 

- Alat dan Metode: 

  - Alat: Salinometer, refraktometer, konduktometer. 

  - Metode: 

    1. Pengukuran langsung menggunakan salinometer atau refraktometer. 

    2. Perhitungan berdasarkan konduktivitas listrik. 

Mengenal Apa Itu Refraktometer – Alat Uji

- Pembagian/Distribusi: 

  - Air tawar (<0.5 ppt). 

  - Air payau (0.5-30 ppt). 

  - Air laut (>30 ppt). 

 

- Faktor yang Mempengaruhi: 

  - Masukan air laut atau air tawar. 

  - Penguapan dan curah hujan. 

 

 6. Derajat Keasaman (pH) 

- Definisi: 

  Tingkat keasaman atau kebasaan air, yang ditentukan oleh konsentrasi ion hidrogen (H⁺). 

 

- Pengaruh terhadap Organisme: 

  - pH terlalu rendah (<5) dapat menyebabkan stres dan kematian organisme. 

  - pH optimal (6.5-8.5) mendukung kehidupan akuatik. 

 

- Satuan: 

  Skala pH (0-14, tanpa satuan). 

 

- Alat dan Metode: 

  - Alat: pH meter, kertas lakmus, indikator cair. 

  - Metode: 

    1. Pengukuran langsung menggunakan pH meter. 

    2. Indikator cair atau kertas lakmus. 

 

- Pembagian/Distribusi: 

  - Air asam (pH <6): Ditemukan di rawa gambut atau perairan yang tercemar. 

  - Air basa (pH >8): Ditemukan di perairan dengan kandungan karbonat tinggi. 

 

- Faktor yang Mempengaruhi: 

  - Aktivitas biologis (respirasi dan fotosintesis). 

  - Masukan bahan kimia atau limbah. 

  - Interaksi dengan sedimen dan batuan. 

 

Rabu, 18 Desember 2024

KEWIRAUSAHAAN; EVALUASI USAHA


Evaluasi usaha adalah proses penilaian sistematis terhadap kinerja suatu usaha dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan atau kelemahan dalam operasionalnya. Evaluasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa usaha berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta untuk mengidentifikasi peluang perbaikan atau pengembangan.

 Apa itu Evaluasi Usaha? Tujuan, Metode, Langkah dan Manfaat

 1. Definisi Evaluasi Usaha

Evaluasi usaha merupakan langkah strategis yang mencakup analisis berbagai aspek, seperti keuangan, operasional, pemasaran, sumber daya manusia, dan lain-lain. Proses ini bertujuan untuk menilai apakah suatu usaha mencapai hasil yang diharapkan, menggunakan sumber daya secara efisien, dan memberikan manfaat sesuai rencana.

 

 2. Urgensi Evaluasi Usaha

Evaluasi usaha memiliki beberapa urgensi, yaitu:

- Mengukur kinerja usaha: Untuk memastikan bahwa target yang telah ditetapkan dapat tercapai.

- Identifikasi masalah: Mengungkap kelemahan atau hambatan yang mengganggu operasional usaha.

- Pengambilan keputusan: Memberikan data yang valid untuk mendukung keputusan strategis, seperti ekspansi, diversifikasi, atau restrukturisasi.

- Efisiensi sumber daya: Memastikan sumber daya (modal, tenaga kerja, waktu) digunakan secara optimal.

- Peningkatan daya saing: Mengidentifikasi keunggulan kompetitif dan peluang untuk terus berkembang di pasar.

 

 3. Jenis-Jenis Evaluasi Usaha

Evaluasi usaha dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan aspek yang dievaluasi:

- Evaluasi keuangan: Menilai laporan keuangan, arus kas, profitabilitas, dan kesehatan finansial usaha.

- Evaluasi operasional: Mengevaluasi efisiensi proses produksi, logistik, dan manajemen rantai pasokan.

- Evaluasi pemasaran: Menilai efektivitas strategi pemasaran, penetrasi pasar, dan kepuasan pelanggan.

- Evaluasi sumber daya manusia: Mengukur kinerja karyawan, tingkat produktivitas, dan kepuasan kerja.

- Evaluasi strategis: Meninjau kembali strategi usaha untuk memastikan kesesuaian dengan visi dan misi perusahaan.

 

 4. Contoh Evaluasi Usaha

- Evaluasi keuangan: Sebuah toko ritel melakukan analisis laporan keuangan bulanan untuk mengetahui apakah keuntungan yang diperoleh sesuai target. Jika margin keuntungan rendah, pemilik toko mungkin memutuskan untuk mengurangi biaya operasional.

- Evaluasi pemasaran: Sebuah usaha kuliner mengevaluasi efektivitas promosi media sosialnya dengan membandingkan jumlah pelanggan baru sebelum dan sesudah kampanye promosi.

- Evaluasi operasional: Sebuah pabrik tekstil mengukur efisiensi produksi dengan menghitung jumlah produk cacat selama proses produksi, kemudian mengidentifikasi penyebabnya untuk mengurangi pemborosan.

 

5. Tahapan metode evaluasi

Tahapan metode evaluasi usaha adalah langkah-langkah sistematis yang digunakan untuk menilai keberhasilan suatu usaha berdasarkan tujuan dan indikator yang telah ditetapkan. Berikut adalah penjabaran tahapan metode evaluasi usaha: 

 

 1. Penentuan Tujuan Evaluasi 

Tahap awal adalah menentukan tujuan utama dari evaluasi usaha. Tujuan ini bisa berupa: 

- Mengukur efisiensi operasional. 

- Menilai keberlanjutan finansial. 

- Menentukan efektivitas strategi pemasaran. 

- Memastikan kesesuaian hasil usaha dengan visi dan misi. 

 

Contoh: Sebuah usaha kecil ingin mengetahui apakah strategi pemasaran barunya mampu meningkatkan jumlah pelanggan. 

 

 2. Identifikasi Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators/KPI) 

Menentukan indikator spesifik yang akan dievaluasi berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. KPI harus bersifat spesifik, terukur, relevan, dan berbasis waktu (SMART). 

- Indikator keuangan: Laba bersih, margin keuntungan, rasio utang terhadap ekuitas. 

- Indikator operasional: Efisiensi produksi, waktu penyelesaian pesanan. 

- Indikator pemasaran: Tingkat konversi, jumlah pelanggan baru, kepuasan pelanggan. 

 

Contoh: Untuk menilai kinerja pemasaran, KPI yang dipilih adalah jumlah pelanggan baru dalam satu bulan. 

 

 3. Pengumpulan Data 

Mengumpulkan data yang relevan untuk mendukung proses evaluasi. Data dapat bersumber dari laporan keuangan, survei pelanggan, wawancara dengan karyawan, atau observasi langsung. 

- Data kuantitatif: Angka penjualan, biaya operasional, jumlah produk terjual. 

- Data kualitatif: Umpan balik pelanggan, opini karyawan. 

 

Contoh: Sebuah perusahaan mengumpulkan data penjualan selama tiga bulan untuk mengevaluasi keberhasilan kampanye diskon. 

 

 4. Analisis Data 

Menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi pola, kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (analisis SWOT). Teknik analisis yang digunakan tergantung pada jenis data: 

- Analisis kuantitatif: Menggunakan perhitungan statistik atau perangkat lunak analitik. 

- Analisis kualitatif: Menginterpretasikan opini, wawasan, atau temuan berdasarkan data non-numerik. 

 

Contoh: Analisis data menunjukkan bahwa diskon meningkatkan penjualan, tetapi margin keuntungan menurun akibat biaya promosi yang tinggi. 

 

 5. Penilaian dan Interpretasi Hasil 

Membandingkan hasil evaluasi dengan target yang telah ditetapkan. Penilaian ini bertujuan untuk memahami apakah usaha berjalan sesuai harapan atau memerlukan perbaikan. 

 

Contoh: Jika target laba bersih adalah 20%, tetapi hasil evaluasi menunjukkan hanya 15%, maka ini menunjukkan adanya potensi masalah dalam manajemen biaya. 

 

 6. Penyusunan Laporan Evaluasi 

Menyusun laporan lengkap yang berisi: 

- Temuan utama dari analisis data. 

- Kelebihan dan kekurangan usaha. 

- Rekomendasi tindakan perbaikan atau pengembangan. 

 

Contoh: Laporan menyarankan untuk mengoptimalkan biaya promosi dan menargetkan segmen pasar tertentu untuk meningkatkan laba. 

 

 7. Implementasi Rekomendasi 

Langkah-langkah perbaikan atau pengembangan diambil berdasarkan rekomendasi dari hasil evaluasi. Penting untuk memprioritaskan tindakan yang memiliki dampak terbesar. 

 

Contoh: Usaha memutuskan untuk fokus pada strategi pemasaran digital dengan biaya lebih rendah. 

 

 8. Monitoring dan Tindak Lanjut 

Setelah rekomendasi diterapkan, lakukan pemantauan untuk menilai efektivitasnya. Monitoring ini memastikan bahwa perubahan yang dilakukan memberikan hasil yang sesuai harapan. 

 

Contoh: Setelah menggunakan strategi pemasaran digital, usaha mengevaluasi kembali jumlah pelanggan baru dalam dua bulan berikutnya. 

 

 

 

 

LERNEA SI KUTU IKAN

  Berikut adalah morfologi Lernaea: Struktur Tubuh - Tubuh berbentuk oval, pipih, dan transparan - Panjang tubuh sekitar 1-5 mm - Lebar tubu...