Selasa, 09 Mei 2017

PENYAKIT LINGKUNGAN PADA IKAN

MKI 10. PENYAKIT LINGKUNGAN PADA IKAN

10.1. lingkungan dan penyakit
            Lingkungan perairan memiliki peranan yang penting bagi ikan. Faktor fisika perairan misalnya Suhu, Arus, Kedalaman, kecerahan, densitas; faktor kimia perairan misalnya salinitas, pH, DO, dan lain sebagainya memiliki peranan penting bagi ikan. Antara satu vairabel dengan variabel yang lain saling berkaitan.
            Bagi pembudidaya ikan, kualitas air budidaya hendaknya selalu dijaga agar tetap optimal. Penyakit non parasiter dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan. Lingkungan yang buruk dapat menjadi faktor utama yang menyebabkan ikan stres, sistem imun menurun, sehingga ikan akan mudah terserang penyakit, antara lain pH air terlalu tinggi/ rendah, kandungan oksigen terlarut terlalu tinggi/rendah, perubahan temperatur air secara tiba-tiba, adanya gas beracun hasil penguraian bahan organik (gas metan, ammonia atau asam belerang), adanya polusi dari pestisida (insektisida atau herbisida), limbah industri atau limbah rumah tangga.
Dalam budidaya laut khususnya, penyebab penyakit non parasiter (non infektif/infectious disease) akibat lingkungan dapat berupa: Faktor Kimia dan Fisika, antara lain: perubahan salinitas air secara mendadak; pH yang terlalu rendah (air asam), pH yang terlalu tinggi (air basa / alkalis); kekurangan oksigen dalam air; zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya); perubahan suhu air yang mendadak; kerusakan mekanis (luka-luka); perairan terkena polusi.
10.2. jenis-jenis penyakit lingkungan
Lingkungan dalam hal ini air, merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam sistem budidaya ikan meliputi stressor: 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air); 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat); 3) biologis (padat tebar, keberadaan hama); dan 4) prosedural budidaya (penebaran, sampling, pergantian air, pergantian wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang disebut General Adaptive Syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan. Parameter-parameter air yang biasanya diamati untuk menenetukan kualitas suatu perairan adalah:
a. Oksigen
Oksigen adalah salah satu faktor pembatas penting dalam budidaya ikan. Beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, tetapi konsentrasi minimum yang masih dapat diterima oleh sebagian besar spesies ikan untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen di bawah 4 ppm, ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya rendah atau tidak ada sama sekali, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Ikan akan mati atau mengalami stres bila konsentrasi oksigen mencapai nol.
b. Karbondioksida
Karbondioksida adalah komponen udara yang umum terdapat baik di air maupun di udara. Gas ini dapat dihasilkan oleh proses respirasi maupun proses penguraian bahan organik. Meningkatnya konsentrasi gas ini pada wadah tertutup selama pengangkutan ikan merupakan masalah utama di daerah tropis. Adanya gas karbondioksida terhadap ikan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen terlarut di perairan tersebut. Jika konsentrasi oksigen berada pada tingkat maksimal, pengaruh gas karbondioksida dapat diabaikan.
c. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman adalah besaran yang menunjukkan sifat asam atau basa di dalam air tempat hidup. Nilai optimal pH tergantung dari spesies ikan. Sebagian besar ikan dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH) berkisar antara 5-9. Untuk sebagian besar spesies ikan air tawar, pH yang cocok berkisar antara 6.5 – 7.5, sedangkan untuk ikan laut adalah 8.3. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat pengaruh derajat keasaman (pH) di kolam terhadap ikan yang dibudidayakan.
Tabel: Pengaruh pH terhadap kehidupan ikan di kolam
Kisaran
Pengaruh Terhadap Ikan
4-5
Tingkat keasaman yang mematikan dan tidak ada reproduksi
4-6,5
Pertumbuhan lambat
6,5-9
Baik untuk produksi
> 11
Tingkat alkalinitas mematikan

d. Alkalinitas dan Sistem Buffer
Sering dijumpai pH suatu perairan mengalami fluktuasi atau perubahan yang cukup drastis. Hal ini kurang menguntungkan, sebab akan mempengaruhi kehidupan ikan yang dipelihara. Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis di suatu perairan dapat dicegah apabila perairan tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai. Apabila suatu perairan mengandung mineral karbohidrat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka perairan tersebut akan mempunyai pH di atas netral dan dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastis.
e. Ammonia
Pada suatu kolam budidaya, peningkatan konsentrasi ammonia dapat terjadi karena pengeluaran hasil metabolisme ikan melalui ginjal dan jaringan insang. Selain itu, ammonia dalam kolam juga dapat terbentuk sebagai hasil proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan atau plankton yang mati. Ammonia dengan konsentrasi yang tinggi atau melewati batas yang dapat ditolerir ikan dapat menyebabkan terjadinya New Tank syndrome yaitu kondisi tidak stabil terhadap perubahan lingkungan.
Konsentrasi ammonia di bawah 0.02 ppm cukup aman bagi sebagian besar ikan, sedangkan di atas angka tersebut dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan. Disamping itu, peningkatan konsentrasi ammonia dalam suatu media budidaya dapt mempengaruhi aktivitas bakteri, khususnya bakteri penyebab penyakit insang. Konsentrasi yang rendah tetapi berlangsung dalam waktu lama juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan insang, sedangkan konsentrasi ammonia tinggi (di atas 0.3 ppm) akan mempercepat kerusakan insang, sehingga ikan sulit mengambil oksigen dari lingkungannya. Efek keracunan ammonia sangat bervariasi, tergantung spesies ikan yang dipelihara, konsentrasi oksigen, pH dan temperatur air. Peningkatan konsentrasi ammonia menjadi lebih berbahaya apabila terjadi pada pH tinggi atau konsentrasi oksigen rendah. Pada umumnya kematian akan terjadi dalam waktu 1- 4 hari.
f. Temperatur
Temperatur memiliki arti penting terhadap kelangsungan hidup ikan karena temperatur secara langsung berpengaruh pada konsentrasi oksigen terlarut dalam air (DO), konsentrasi nitrit dan metabolisme dalam tubuh ikan. Setiap ikan mempunyai temperatur tertentu untuk mempertahankan petumbuhan agar tetap normal. Di luar kisaran temperatur tersebut ikan akan mengalami gangguan, sehingga perlu melakukan adaptasi agar dapat mempertahankan pertumbuhannya tetap normal. Perubahan temperatur yang terlalu drastis dapat menimbulkan gangguan terhadap laju respirasi, aktivitas jantung, aktivitas metabolisme dan aktivitas lainnya.
g. Salinitas
salinitas menjadi salah satu faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Tinggi rendahnya salinitas dapat mempengaruhi kesehatan ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya ikan air tawar tidak akan dapat bertahan hidup di perairan bersalinitas tinggi diakibatkan tidak dapat mempertahan kan tekanan osmotis pada tubuhnya, demikian juga sebaliknya.
Secara tidak langsung, salinitas dapat mempengaruhi perkembangan jenis penyakit tertentu. Beberapa jenis parasit hanya dapat hidup pada air tawar sebaliknya beberapa jenis hanya bisa hidup pada air yang bersalinitas tinggi (air laut). Salinitas adalah faktor penting dalam serangan suatu parasit yang spesifik. Misalnya beberapa spesies Trichodina hanya dapat mentoleransi air tawar dan akan mati bila salinitas air meningkat sebanyak 5 ppt.MKI 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar